Selasa, 07 April 2015

STUDI BANDING PBM (PROSES BELAJAR MENGAJAR) MATEMATIKA DI SEBUAH SD DI JEPANG MELALUI VTR (VIDEO TAPE RECORDER)

Penayangkan sebuah video pembelajaran matematika di sebuah SD di Jepang ditampilkan dalam perkuliahan keenam bersama Profesor Marsigit. Video tersebut menyajikan hal yang berbeda dengan pembelajaran di Indonesia. Video tersebut menayangkan sebuah pembelajaran yang dilakukan secara tim oleh dua orang guru. Ada hal baik yang bisa kita tiru untuk pembelajaran matematika di sekolah dasar, yaitu melalui kegiatan berkelompok siswa diajak untuk mengkritisi sebuah persoalan. Dalam hal ini, secara berkelompok siswa bebas menentukan apa yang ditemukannya tentang pola bilangan dari tabel perkalian yang disajikan.
Dalam PBM yang terjadi di Jepang, terlihat bahwa guru memberdayakan siswa-siswanya. Guru mengontrol dan melayani siswanya yang membutuhkan. Selain itu tim guru yang terdiri dari dua guru tersebut sesekali melakukan diskusi tentang kegiatan siswanya.
Dengan mengambil sisi baik dari PBM tersebut, berikut usaha saya dalam mengembangkan PBM sejenis sesuai dengan konteks budaya local saya (Jawa-Indonesia). Saya mengangkat pembuatan batik geometri yang dilakukan secara berkelompok. Dari kegiatan membatik secara berkelompok siswa-siswa akan mengkreasikan hasil karyanya berdasarkan diskusi kelompoknya.
Nilai-nilai budaya yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika tidak lepas dengan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika dan pembelajaran matematika. Hal tersebut ditunjang dengan pengetahuan tentang keterkaitan antara matematika dan kebudayaan. Perlu kinerja guru secara kreatif untuk mengembangkan proses pembelajaran dengan mengintegrasikan pelestarian kebudayaan setempat.
Seorang guru harus dapat mengetahui kebudayaan yang ada di lingkungannya dan dapat mengntegrasikan kebudayaan yang ada dengan kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mencintai kebudayaan daerahnya sendiri.
Salah satu kebudayaan khas Indonesia dari daerah Jawa adalah batik. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama (Wikipedia). Christiwi Yuli Handani (2010) menyebutkan bahwa batik atau kata batik berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba” dan “titik”, “amba” mempunyai arti menulis dan “titik” mempunyai arti noktah atau goresan yang terbentuk. Kata batik merujuk pada kain dengan corak atau gambar yang dihasilkan oleh bahan malam yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB (Wikipedia).
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun temurun sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Motif batik dapat dimodifikasi sesuai imajinasi pembuatnya.
Pada masa lampau perempuan-perempuan Jawa menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan mebatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan. Sekarang kerajinan membatik sudah sangat kurang diminati oleh masyarakat. Bahkan banyak yang lebih memilih memproduksi batik cap daripada batik tulis. Padahal dari kegiatan kerajinan batik dapat menumbuhkan ketelitian dan ketelatenan.
Kerajinan membatik yang dimasukkan dalam pembelajaran di sekolah dasar dapat menumbuhkan ketelatenan dan ketelitian dalam membuat motif batik. Hal ini sejalan dengan karakter yang diperlukan dalam pembelajaran matematika. Siswa akan lebih telaten dan teliti mulai dari menggambar dan menentukan ukuran-ukuran motif batik.
Membatik dapat dijadikan salah satu cara sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep tentang bangun datar. Dengan telaten dan teliti, siswa menyusun bentuk-bentuk bangun datar menjadi motif batik yang menarik. Sehingga siswa dapat membangun sendiri konsep mengenai sifat-sifat bangun datar.
Kegiatan pembelajaran matematika untuk membangun konsep mengenai sifat-sifat bangun datar dapat dilakukan dengan cara:
1.   Siswa menggambar bentuk-bentuk bangun datar.
2.   Siswa berkelompok, kemudian menggambar motif di kain dengan gambar-gambar bangun datar.
3.   Setiap kelompok mengkreasikan batik geometri ciptaannya.
4.   Setelah selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan motif batik ciptaannya dan menyebutkan sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun datar-bangun datar yang digunakannya.
5.   Kegiatan selanjutnya adalah proses pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna alami.
6.   Kemudian setelah proses pembuatan batik selesai, batik geometri kreasi siswa dapat dipajang di kelas.




Dari rangkaian pembelajaran matematika dengan kerajinan membatik dapat menumbuhkan ketelatenan dan ketelitian siswa dalam membuat bangun datar, sehingga siswa lebih teliti dalam menggambar bangun datar sesuai dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Selain itu siswa akan ikut melestarikan kebudayaan daerahnya. Siswa dapat mengembangkan imajinasinya untuk membuat motif-motif baru.

Referensi:
1.   Christiwi Yuli Handani. 2010. Melestarikan Batik sebagai Warisan Budaya Indonesia. http://christiyulihandani.blogspot.com/2010/05/melestarikan-batik-sebagai-warisan.html. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.
2.   Wikipedia. Batik. http://id.wikipedia.org/wiki/Batik. Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.

2 komentar:

  1. Aslm good. Teruskan selamat berjuang. wslm

    BalasHapus
  2. Wa'alaikumsalam wr. wb. Terima kasih Prof. Saya akan berusaha semaksimal mungkin.

    BalasHapus