Penayangkan sebuah video pembelajaran matematika di
sebuah SD di Jepang ditampilkan dalam perkuliahan keenam bersama
Profesor Marsigit. Video tersebut
menyajikan hal yang berbeda dengan pembelajaran di Indonesia. Video tersebut menayangkan sebuah pembelajaran yang dilakukan secara tim oleh dua orang
guru. Ada hal baik yang bisa kita tiru untuk pembelajaran
matematika di sekolah dasar, yaitu melalui kegiatan berkelompok siswa
diajak untuk mengkritisi sebuah persoalan. Dalam hal ini, secara berkelompok siswa bebas menentukan apa yang
ditemukannya tentang pola bilangan dari tabel perkalian yang disajikan.
Dalam
PBM yang terjadi di Jepang, terlihat bahwa guru memberdayakan siswa-siswanya.
Guru mengontrol dan melayani siswanya yang membutuhkan. Selain itu tim guru
yang terdiri dari dua guru tersebut sesekali melakukan diskusi tentang kegiatan
siswanya.
Dengan mengambil sisi baik dari PBM tersebut, berikut
usaha saya dalam mengembangkan PBM sejenis sesuai dengan konteks budaya local
saya (Jawa-Indonesia). Saya mengangkat pembuatan batik geometri yang dilakukan
secara berkelompok. Dari kegiatan membatik secara berkelompok siswa-siswa akan
mengkreasikan hasil karyanya berdasarkan diskusi kelompoknya.
Nilai-nilai budaya
yang terintegrasi dalam pembelajaran matematika tidak lepas dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam matematika dan pembelajaran matematika. Hal tersebut
ditunjang dengan pengetahuan tentang keterkaitan antara matematika dan
kebudayaan. Perlu kinerja guru secara kreatif untuk mengembangkan proses
pembelajaran dengan mengintegrasikan pelestarian kebudayaan setempat.
Seorang guru harus
dapat mengetahui kebudayaan yang ada di lingkungannya dan dapat mengntegrasikan
kebudayaan yang ada dengan kegiatan pembelajaran agar siswa lebih mencintai
kebudayaan daerahnya sendiri.
Salah satu kebudayaan
khas Indonesia dari daerah Jawa adalah batik. Batik adalah kerajinan yang
memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
(khususnya Jawa) sejak lama (Wikipedia). Christiwi Yuli Handani (2010)
menyebutkan bahwa batik atau kata batik berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba”
dan “titik”, “amba” mempunyai arti menulis dan “titik” mempunyai arti noktah
atau goresan yang terbentuk. Kata batik merujuk pada kain dengan corak atau
gambar yang dihasilkan oleh bahan malam yang diaplikasikan ke atas kain,
sehingga menahan masuknya bahan pewarna.
Batik merupakan
warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik
juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang waktu
itu memakai batik pada Konferensi PBB (Wikipedia).
Tradisi membatik pada
mulanya merupakan tradisi turun temurun sehingga kadang kala suatu motif dapat
dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Motif batik dapat dimodifikasi
sesuai imajinasi pembuatnya.
Pada masa lampau
perempuan-perempuan Jawa menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai
mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan mebatik adalah pekerjaan
eksklusif perempuan. Sekarang kerajinan membatik sudah sangat kurang diminati
oleh masyarakat. Bahkan banyak yang lebih memilih memproduksi batik cap
daripada batik tulis. Padahal dari kegiatan kerajinan batik dapat menumbuhkan ketelitian
dan ketelatenan.
Kerajinan membatik
yang dimasukkan dalam pembelajaran di sekolah dasar dapat menumbuhkan
ketelatenan dan ketelitian dalam membuat motif batik. Hal ini sejalan dengan
karakter yang diperlukan dalam pembelajaran matematika. Siswa akan lebih
telaten dan teliti mulai dari menggambar dan menentukan ukuran-ukuran motif
batik.
Membatik dapat
dijadikan salah satu cara sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep tentang
bangun datar. Dengan telaten dan teliti, siswa menyusun bentuk-bentuk bangun
datar menjadi motif batik yang menarik. Sehingga siswa dapat membangun sendiri
konsep mengenai sifat-sifat bangun datar.
Kegiatan pembelajaran
matematika untuk membangun konsep mengenai sifat-sifat bangun datar dapat
dilakukan dengan cara:
1. Siswa menggambar bentuk-bentuk
bangun datar.
2. Siswa berkelompok,
kemudian menggambar motif di kain dengan gambar-gambar bangun datar.
3. Setiap kelompok
mengkreasikan batik geometri ciptaannya.
4. Setelah selesai,
perwakilan kelompok mempresentasikan motif batik ciptaannya dan menyebutkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun datar-bangun datar yang digunakannya.
5. Kegiatan selanjutnya
adalah proses pewarnaan batik menggunakan bahan pewarna alami.
6. Kemudian setelah proses
pembuatan batik selesai, batik geometri kreasi siswa dapat dipajang di kelas.
Dari rangkaian
pembelajaran matematika dengan kerajinan membatik dapat menumbuhkan ketelatenan
dan ketelitian siswa dalam membuat bangun datar, sehingga siswa lebih teliti
dalam menggambar bangun datar sesuai dengan sifat-sifat yang dimilikinya. Selain
itu siswa akan ikut melestarikan kebudayaan daerahnya. Siswa dapat
mengembangkan imajinasinya untuk membuat motif-motif baru.
Referensi:
1.
Christiwi Yuli
Handani. 2010. Melestarikan Batik sebagai
Warisan Budaya Indonesia. http://christiyulihandani.blogspot.com/2010/05/melestarikan-batik-sebagai-warisan.html.
Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.
Aslm good. Teruskan selamat berjuang. wslm
BalasHapusWa'alaikumsalam wr. wb. Terima kasih Prof. Saya akan berusaha semaksimal mungkin.
BalasHapus