Selasa, 07 April 2015

Mendalami Gunung Learning Trajectory

Refleksi Kuliah kelima Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit
Rabu, 18 Maret 2015

“Teknologi seperti pisau, dapat dimanfaatkan untuk hal kebaikan dan kejahatan”  
Prof. Marsigit

Learning trajectory pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan kondisi siswa, khususnya landasan secara filsafat, sosial, kognisi, empiris, ideologis tentang cara berpikir siswa. Agar dapat menaiki gunung learning trajectory, maka perlu menambah wawasan dengan membaca dan membaca semua hal. Dalam membaca harus dilandasi hati yang ikhlas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memudahkan segalanya. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dilandasi ilmu agama hanya akan mengacaukan pikiran. Hal ini karena kemajuan tersebut disalahgunakan untuk membuka hal-hal yang tidak baik.
Guru sebagai orang berhubungan langsung dengan peserta didik dalam PBM (Proses Belajar Mengajar) harus dapat membawa peserta didiknya terbang mengelilingi dunia. Oleh sebab itu, mengajar dilakukan tidak berdasarkan definisi. Mengajar berdasarkan definisi tidak sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Hal ini karena definisi tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka untuk mencapai hal-hal yang konkret terlebih dahulu. Dalam proses belajar mengajar juga tidak dianjurkan hanya dengan hafalan. Untuk membelajarkan siswa SD dengan menyajikan konsep matematika dengan benda-benda konkret di sekitar siswa.
Mendidik dan mengajar harus penuh dengan keikhlasan agar didapatkan hasil yang optimal. Apabila guru mengajar tidak dengan keikhlasan, maka akan berdampak pada peserta didik. Hal tersebut dapat diibaratkan bahwa guru adalah sebuah gunung, gunung yang meletus maka sekelilingnya akan terkena dampaknya. Dari hal ini peserta didik yang menjadi korban dari ketidak ikhlasan seorang guru dalam mengajar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya dampak yang tidak baik pada siswa.

Apabila dalam pembelajaran siswa belum siap maka hanya akan menimbulkan bencana. Bencana dalam semangat, motivasi, intuisi, dan nurani. Oleh karena itu pada saat pembelajaran harapannya siswa sudah siap. Kesiapan ini merupakan cerminan dari ikhtiar masing-masing pribadi siswa. Kesiapan akan membawa kesenangan pada diri siswa pada saat mempelajari sesuatu. Dengan hal tersebut, siswa dalam belajar akan membuat siswa mudah untuk menerima pelajaran, sehingga guru tidak perlu marah-marah setiap hari seperti gunung meletus. Pada intinya untuk dapat bergaul dengan dunia anak-anak maka orang dewasalah yang semestinya menyesuaikan diri. Mengingat orang dewasa pernah mengalami masa anak-anak, sementara anak-anak belum pernah mengalami menjadi orang tua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar