Refleksi
Kuliah kelima Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen
Pengampu Prof. Dr. Marsigit
Rabu,
18 Maret 2015
“Teknologi
seperti pisau, dapat dimanfaatkan untuk hal kebaikan dan kejahatan”
Prof. Marsigit
Learning
trajectory pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui latar belakang dan kondisi
siswa, khususnya landasan secara filsafat, sosial, kognisi, empiris, ideologis
tentang cara berpikir siswa. Agar dapat menaiki gunung learning trajectory,
maka perlu menambah wawasan dengan membaca dan membaca semua hal. Dalam membaca
harus dilandasi hati yang ikhlas.
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memudahkan segalanya. Namun, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dilandasi ilmu agama hanya akan
mengacaukan pikiran. Hal ini karena kemajuan tersebut disalahgunakan untuk
membuka hal-hal yang tidak baik.
Guru
sebagai orang berhubungan langsung dengan peserta didik dalam PBM (Proses
Belajar Mengajar) harus dapat membawa peserta didiknya terbang mengelilingi
dunia. Oleh sebab itu, mengajar dilakukan tidak berdasarkan definisi. Mengajar
berdasarkan definisi tidak sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Hal ini karena definisi tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka untuk mencapai
hal-hal yang konkret terlebih dahulu. Dalam proses belajar mengajar juga tidak
dianjurkan hanya dengan hafalan. Untuk membelajarkan siswa SD dengan menyajikan
konsep matematika dengan benda-benda konkret di sekitar siswa.
Mendidik
dan mengajar harus penuh dengan keikhlasan agar didapatkan hasil yang optimal.
Apabila guru mengajar tidak dengan keikhlasan, maka akan berdampak pada peserta
didik. Hal tersebut dapat diibaratkan bahwa guru adalah sebuah gunung, gunung
yang meletus maka sekelilingnya akan terkena dampaknya. Dari hal ini peserta
didik yang menjadi korban dari ketidak ikhlasan seorang guru dalam mengajar. Hal
ini akan menyebabkan terjadinya dampak yang tidak baik pada siswa.
Apabila
dalam pembelajaran siswa belum siap maka hanya akan menimbulkan bencana.
Bencana dalam semangat, motivasi, intuisi, dan nurani. Oleh karena itu pada
saat pembelajaran harapannya siswa sudah siap. Kesiapan ini merupakan cerminan
dari ikhtiar masing-masing pribadi siswa. Kesiapan akan membawa kesenangan pada
diri siswa pada saat mempelajari sesuatu. Dengan hal tersebut, siswa dalam
belajar akan membuat siswa mudah untuk menerima pelajaran, sehingga guru tidak
perlu marah-marah setiap hari seperti gunung meletus. Pada intinya untuk dapat
bergaul dengan dunia anak-anak maka orang dewasalah yang semestinya
menyesuaikan diri. Mengingat orang dewasa pernah mengalami masa anak-anak,
sementara anak-anak belum pernah mengalami menjadi orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar