Selasa, 10 Maret 2015

Kembangkan Intuisi Siswa

Refleksi Kuliah ketiga Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit
Rabu, 4 Maret 2015


Sebelum kita berbicara intuisi siswa, mari kita pahami tentang ilmu.

***
1.       Ilmu dimana kebenarannya tunggal disebut  monoisme
2.       Ilmu dimana kebenarannya jamak (plural) disebut pluralisme
3.       Ilmu dimana kebenarannya dua disebut dualisme
4.       Ilmu dimana kebenarannya bersifat tetap disebut permedesranisme
5.       Ilmu dimana kebenarannya bersifat berubah disebut heraklitosianisme
6.       Ilmu dimana kebenarannya ada didalam pikiran disebut idealisme
7.       Ilmu dimana kebenarannya diluar pikiran disebut realisme
8.       Ilmu dimana kebenarannya bersifat konsisten disebut kohorentisme
9.       Ilmu dimana kebenarannya bersifat cocok dengan datanya disebut korespondensi
10.   Ilmu berdasarkan ketentuannya disebut analitik
11.   Ilmu berdasarkan sebabnya disebut sintetik
12.   Ilmu di mana kebenarannya mendahului kejadiannya disebut apriori
13.   Ilmu di mana kebenarannya mengikuti kejadiannya disebut aposteriori 
14.   Ilmu berdasarkan logika disebut logisism
15.   Ilmu berdasarkan pengalaman disebut empirism
16.   Ilmu berdasarkan pertanyaannya disebut dialektism
17.   Ilmu berdasarkan sejarahnya disebut hegelianisme
18.   Ilmu dikarenakan keraguannya disebut skeptisism
19.   Ilmu dikarenakan pilihannya disebut reduksionisem/abstraksi
20.   Ilmu dikarenakan manfaatnya disebut utilitarian
21.   Ilmu dikarenakan kepraktisannya disebut pragmatisme
22.   Ilmu dikarenakan kekuasaannya disebut otoritarian/ diterminism
23.   Ilmu dikarenakan prediksinya disebut teleologi
24.   Ilmu dikarenakan keberadaannya disebut eksistensialisme
25.   Ilmu dikarenakan ketidakberadaannya disebut nihilisme
26.   Ilmu dikarenakan kesalahannya disebut falibisme
27.   Ilmu dikarenakan kebajikannya disebut filsafat
28.   Ilmu dikarenakan hakekatnya disebut ontologi
29.   Ilmu dikarenakan metodenya disebut epistimologi
30.   Ilmu dikarenakan kebaikannya disebut estetika
31.   Ilmu dikarenakan kebenarannya disebut etika
32.   Ilmu dikarenakan cintanya disebut romantisism
33.   Ilmu dikarenakan takdir disebut faktalisme
34.   Ilmu dikarenakan usahanya disebut fiktalisme
35.   Ilmu dikarenakan bentuknya disebut formalisme
36.   Ilmu dikarenakan susunannya/ strukturnya disebut strukturalisme
37.   Ilmu dikarenakan isinya disebut esensialisme
38.   Ilmu dikarenakan pelakunya disebut subjektivisme
39.   Ilmu dikarenakan sikapnya disebut behaviorisme
40.   Ilmu berdasarkan yang terlihat disebut realisme murni
41.   Ilmu berdasarkan mengungkap dibalik fenomena disebut matafisik
42.   Ilmunya para dewa disebut transenden
43.   Ilmu dikarenakan bendanya disebut materialisme
44.   Ilmu dikarenakan hartanya disebut kapitalisme
45.   Ilmu dikarenakan rasanya disebut hedonisme
46.   Ilmu dikarenakan kebebasannya disebut liberalisme
47.   Ilmu dikarenakan keterpisahannya disebut separatisme
48.   Ilmu dikarenakan kesepakatannya disebut fondasionalisme
49.   Ilmu didasarkan ketidakmampuan menjelaskan disebut intusionisme
50.   Ilmu yang terikat oleh ruang dan waktu disebut relativisme
***
Apakah kita mengetahui semua hal di atas dengan sendirinya? Apakah kita dapat memahaminya tanpa mencari sumber bacaan? Makna-makna kata tersebut tak dapat dimengerti bila kita kurang dalam membaca. Sebagai seorang pendidik harus dapat mencerdaskan diri sendiri dengan membaca. Kecerdasan tersebut dapat menjadi landasan yang kuat bagi para pendidik. Pendidik yang cerdas akan lebih bijaksana dalam melayani siswa. Tidak mematikan intuisi siswa. Karena dengan menggunakan intuisi, siswa akan berkembang menjadi manusia yang bijaksana.
Dalam pembelajaran, seperti dalam pembelajaran matematika, untuk anak kecil menggunakan sintetik bukan analitik. Pendidik yang cerdas akan lebih peka dalam memahami hal-hal yang dibutuhkan siswa. Siswa SD akan dilayani dengan menggunakan sintetik-aposteriori. Karena sesuai dengan perkembangan siswa yang masih dalam tahap operasional konkret.
Sintetik-aposteriori bersifat empiris, terjadi begitu saja berdasarkan pengalaman. Sementara itu analitik apriori menitikberatkan pada rasional, berdasarkan pemikiran. Oleh sebab itu,untuk menjadi ilmu pengetahuan diperlukan pengalaman dan logika. Pengalaman diambil dari sintetik dan logika diambil dari apriori. Untuk pembelajaran di SD, apriori berasal dari pendidik yang merencanakan pembelajaran kemudian diwujudkan dengan pembelajaran yang bersifat sintetik.
Namun, 200 tahun yang lalu  ada seorang tokoh kemajuan sekaligus kemunduran, A. Compte mengemukakan gagasannya yaitu “positivisme”. Positivisme digunakan sebagai sumber kemajuan dunia. Bagi A. Compte yang memayungi kehidupan ini adalah positivisme, saintisme, metode saintifik, teknologi. Itulah yang telah digunakan di negara-negara barat, sementara Indonesia tak bisa menampik bentukan Negara barat tersebut. Indonesia sedang menuju kearah sana dengan menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menggunakan metode saintifik, hal ini menjadikan agama dikesampingkan. Hal ini tentu berlawanan sekali dengan ciri khas negara-negara timur.

Di negara-negara timur, termasuk Indonesia, agama menjadi hal utama dalam setiap aspek kehidupan. Sementara itu, fenomena kerajaan dunia yang sedang berkembang saat ini meletakkan aspek spiritual berada pada posisi paling bawah. Pandangan setiap insan mematok bahwa kehidupan kerajaan dunia yang bersifat modern merupakan kehidupan yang lebih baik. Padahal perubahan ke masyarakat modern menimbulkan banyak hal. Kehidupan modern dapat menimbulkan kontradiksi, komplikasi, anomali, kemunafikan. Masyarakat akan mengarah ke hal-hal tersebut. Semua hal tersebut dapat teratasi bila semua orang dapat menggunakan intuisinya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran janganlah mematikan intuisi siswa. Supaya apabila siswa tersebut sudah menjadi dewasa diharapkan dapat menata kehidupan tanpa kemunafikan.

Selasa, 03 Maret 2015

Silaturahim Penambah Ilmu

Refleksi Kuliah kedua Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit
Rabu, 18 Februari 2015

Hermeneutika berasal dari Yunani. Berasal dari mitologi Yunani yaitu Dewa Hermes yang dapat mendengar bisikan Tuhan. Hermeneutika dapat diartikan menjadi terjemahan dan menerjemahkan atau interpretasi makna. Hermenetika kehidupan dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar Hermenetika Hidup

Dari gambar di atas, garis lingkaran menggambarkan bahwa ada siklus yang berulang-ulang. Seperti hari Senin, seminggu kemudian akan bertemu hari Senin. Bulan Desember, setahun kemudian akan bertemu bulan Desember lagi.
Selanjutnya makna garis miring, menunjukkan bahwa waktu yang terus maju dan tidak dapat terulang kembali. Contohnya, tanggal 18 Februari 2015 tidak akan terulang lagi kemudian.
Hermeneutika Hidup seperti layaknya spiral, yang berasal dari lingkaran yang ditarik. Siklus yang terus berputar dan selalu melangkah ke depan. Apabila ditarik garis lurus ke atas menjadi firman Tuhan yang bersifat abadi. Semua adalah milikNya dan akan kembali padaNya.
Dalam proses belajar mengajar, guru juga harus dapat menerjemahkannya. Antara guru dan siswa harus ada interaksi. Guru harus bisa menerjemahkan konsep ilmu menjadi fakta agar dapat mudah dimengerti siswa. Hermenetika yang merupakan membangun hidup dapat terjalin antara guru dan siswa. Hermenetika tersebut dapat diartikan dengan silaturahim. Salah satu manfaat dari silaturahim tersebut yakni akan menambah ilmu baru.
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam membangun hidup harus berdasarkan pengalaman. Dari pengalaman dan silaturahim tersebut akan menumbuhkan daya intuisi siswa. Daya intuisi tersebut yang akan menuntun siswa lebih bernurani. Itulah pentingnya hermenetika dalam pembelajaran. Untuk melahirkan generasi-generasi emas yang berilmu dan bernurani.

Bekal bagi Penerjemah Keberhasilan Belajar Anak

Refleksi Kuliah perdana Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit
Rabu, 11 Februari 2015

Salah satu kewajiban seorang anak usia sekolah adalah belajar. Setiap orang tua menghendaki anaknya untuk belajar dengan giat. Pada umumnya orang tua menganggap apabila anaknya belajar dengan giat maka anaknya akan berhasil dan meraih prestasi gemilang. Anggapan semacam itu menuntut semua anak untuk menghabiskan waktunya untuk belajar dan belajar. Alih-alih untuk meraih hasil belajar maksimal, orang tua memasukkan anaknya ke lembaga bimbingan belajar dan les privat. Hal itu dilakukan agar anaknya intens dalam belajar. Dari hal tersebut akan membuat pandangan negatif pada anak karena anak akan menganggap bahwa belajar itu melelahkan dan menghabiskan waktu.
Sebenarnya apabila ditelisik, belajar yang maksimal tak hanya dilakukan di lembaga-lembaga bimbingan belajar saja. Apabila seorang anak sudah jatuh cinta dengan belajar, anak akan mencapai High Order Thinking (HOT) dan melakukan kegiatan belajar sebagai kebiasaannya. Bagaimanakah cara agar anak dapat jatuh cinta dengan belajar? Itu semua menjadi tantangan bagi para pendidik untuk menumbuhkan rasa cinta pengetahuan bagi anak.Seorang guru harus mengetahui bagaimana siswa belajar serta guru harus bisa menumbuhkan motivasi anak untuk belajar sehingga anak jatuh cinta dengan belajar.
Namun menumbuhkan motivasi belajar anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Seorang guru harus punya bekal dan kreatif memanfaatkan segala hal pendukung kegiatan pembelajaran. Guru juga harus bisa memberikan terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi untuk kegiatan proses belajar mengajar. Dengan inovasi-inovasi kegiatan pembelajaran akan memberikan iklim yang menyenangkan bagi siswa karena siswa tidak merasa jenuh bahkan siswa akan tergugah rasa ingin tahunya sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar.
Dalam mengembangkan inovasi-inovasi pembelajaran, seorang guru harus memiliki banyak pengetahuan. Guru harus membuka cakrawala dengan membaca banyak hal untuk mencerdaskan dan meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi akan menjadi meningkat apabila diawali dengan niat yang kuat. Setelah niat harus diiringi dengan sikap yang tepat. Guru juga harus memiliki keterampilan dalam mengelola proses kegiatan belajar mengajar. Keterampilan-keterampilan seorang guru pastinya juga harus dilandasi ilmu pengetahuan. Dari semua rangkaian tersebut akan menjadikan guru semakin berpengalaman.
Seorang guru harus memiliki asumsi adult learned, yang terdiri dari motivasi, bersikap mandiri, rasa ingin tahu, mampu beradaptasi, adopsi, memanfaatkan ilmu, membangun hidup. Dari bekal asumsi tersebut, seorang guru akan lebih terampil menyikapi permasalahan yang timbul. Guru juga akan lebih terampil dalam menerjemahkan hal-hal yang berkaitan dengan keberhasilan kegiatan proses belajar mengajar serta kreatif dalam mencari terobosan untuk menciptakan proses belajar mengajar yang menyenangkan.
Apabila guru dapat menerjemahkan bagaimana kegiatan yang dapat mendukung belajar anak, maka seorang anak akan dapat mencapai High Order Thinking (HOT) dalam periodenya. Interaksi antara guru dan siswa pun akan menghasilkan suatu pengetahuan yang bermakna.