Senin, 27 April 2015

Identifikasi dan Pengembangan Pembelajaran Matematika di SD menggunakan Pendekatan Gunung Es Matematika Realistik

Oleh Ratna Winahyu Hadiyanti
NIM. 14712251007
Pendidikan Dasar Konsentrasi Praktisi


Pembelajaran Matematika Realistik adalah sebuah pendekatan belajar matematika yang dikembangkan sejak tahun 1971 oleh sekelompok ahli matematika dari Freudenthal Institute, Utrecht University di Negeri Belanda. Pendekatan ini didasarkan pada anggapan Hans Freudenthal (1905-1990) bahwa matematika adalah kegiatan manusia (Bobby Riana). Menurut pendekatan ini, kelas matematika bukan tempat memindahkan matematika dari guru kepada siswa, melainkan tempat siswa menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Dunia nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Untuk menekankan bahwa proses lebih penting daripada hasil, dalam pendekatan matematika realistik digunakan istilah matematisasi, yaitu proses mematematikakan dunia nyata (Sudharta dalam Bobby Riana).
Pendidikan Matematika Realistik berdasarkan ide bahwa mathematics as human activity dan mathematics must be connected to reality, sehingga pembelajaran matematika diharapkan bertolak dari masalah-masalah kontekstual. Teori ini telah diadopsi dan diadaptasi oleh banyak negara oleh banyak negara maju seperti Inggris, Jerman, Denmark, Spanyol, Portugal, Afrika Selatan, Brazil, USA, dan Jepang.
Selanjutnya dalam Bobby Riana disebutkan dua pandangan penting Freudenthal tentang Pendidikan Matematika Realistik adalah:
1.  Mathematics as human activity, sehingga siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas matematisasi pada semua topik dalam matematika.
2. Mathematics must be connected to reality, sehingga matematika harus dekat dengan siswa dan harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Ida Nurmila Isandespha (2013: 72) memaparkan bahwa pendidikan matematika realistik mengajak anak belajar matematika melalui lingkungannya, sehingga dengan pengalaman yang dimiliki anak ini pembelajaran matematika menjadi menyenangkan dan bermakna. Dengan pembelajaran yang menyenangkan maka sikap siswa terhadap matematika akan menjadi lebih positif dan motivasi belajar pun akan terbangun dengan sendirinya.
Menurut Gravemeijer dalam Ida Nurmila Isandespha (2013: 72), PMR memiliki lima karakteristik pembelajaran matematika yaitu:
1. Penggunaan konteks; proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual.
2. Instrumen vertikal; konsep atau ide matematika direkonstruksikan oleh siswa melalui model-model instrumen vertikal, yang bergerak dari prosedur informal ke bentuk formal.
3. Kontribusi siswa; siswa aktif mengkonstruksi bahan matematika berdasarkan fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru.
4.   Kegiatan interaktif; kegiatan belajar bersifat interaktif, yang mungkin terjadi komunikasi dan negosiasi antarsiswa.
5.  Keterkaitan topik; pembelajaran suatu bahan matematika terkait dengan berbagai topik matematika secara terintegrasi.

Berikut ini ditampilkan deskripsi dan iceberg proses pembelajaran menentukan kelipatan bilangan pada kelas IV Sekolah Dasar.
Materi ini berada pada Kompetensi Dasar 3.4 Memahami faktor dan kelipatan bilangan serta bilangan prima.
Langkah-langkah mulai dari matematika konkret hingga matematika formal adalah sebagai berikut:
1.   Matematika konkret
Tanya jawab sekitar menabung dan siswa memberi contoh mengenai menabung serta hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan menabung.

2.   Model konkret
Siswa melakukan simulasi menabung di bank secara berkelompok.

3.   Model formal
Diskusi kelompok dengan mendata kelipatan hasil tabungan.

4.   Matematika formal
Pada level ini siswa membangun konsep tentang pengertian kelipatan suatu bilangan.



Referensi:
1. Bobby Riana. Pembelajaran Matematika Realistik. https://www.academia.edu/7382779/Pembelajaran_Matematika_Realistik 
2. Ida Nurmila Isandespha, Suwarjo. (2013). Implementasi PMRI Asesmen Portofolio untuk Meningkatkan Sikap Positif terhadap Matematika dan Motovasi Belajar. Jurnal Prima Edukasia, Volume 1 – Nomor1, 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar