Refleksi
Kuliah ketiga Mata Kuliah Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan
Dasar
Dosen
Pengampu Prof. Dr. Marsigit
Rabu,
4 Maret 2015
Sebelum kita berbicara intuisi siswa, mari kita pahami tentang ilmu.
***
1.
Ilmu dimana kebenarannya tunggal
disebut monoisme
2.
Ilmu dimana kebenarannya jamak (plural)
disebut pluralisme
3.
Ilmu dimana kebenarannya dua
disebut dualisme
4.
Ilmu dimana kebenarannya bersifat tetap
disebut permedesranisme
5.
Ilmu dimana kebenarannya bersifat berubah disebut heraklitosianisme
6.
Ilmu dimana kebenarannya ada didalam pikiran
disebut idealisme
7.
Ilmu dimana kebenarannya diluar pikiran
disebut realisme
8.
Ilmu dimana kebenarannya bersifat konsisten
disebut kohorentisme
9.
Ilmu dimana kebenarannya bersifat cocok dengan
datanya disebut korespondensi
10.
Ilmu berdasarkan ketentuannya
disebut analitik
11.
Ilmu berdasarkan sebabnya disebut sintetik
12.
Ilmu di mana kebenarannya mendahului kejadiannya
disebut apriori
13.
Ilmu di mana kebenarannya mengikuti kejadiannya
disebut aposteriori
14.
Ilmu berdasarkan logika disebut logisism
15.
Ilmu berdasarkan pengalaman disebut empirism
16.
Ilmu berdasarkan pertanyaannya disebut dialektism
17.
Ilmu berdasarkan sejarahnya
disebut hegelianisme
18.
Ilmu dikarenakan keraguannya disebut skeptisism
19.
Ilmu dikarenakan pilihannya disebut reduksionisem/abstraksi
20.
Ilmu dikarenakan manfaatnya
disebut utilitarian
21.
Ilmu dikarenakan kepraktisannya
disebut pragmatisme
22.
Ilmu dikarenakan kekuasaannya disebut otoritarian/
diterminism
23.
Ilmu dikarenakan prediksinya
disebut teleologi
24.
Ilmu dikarenakan keberadaannya
disebut eksistensialisme
25.
Ilmu dikarenakan ketidakberadaannya
disebut nihilisme
26.
Ilmu dikarenakan kesalahannya
disebut falibisme
27.
Ilmu dikarenakan kebajikannya
disebut filsafat
28.
Ilmu dikarenakan hakekatnya
disebut ontologi
29.
Ilmu dikarenakan metodenya
disebut epistimologi
30.
Ilmu dikarenakan kebaikannya
disebut estetika
31.
Ilmu dikarenakan kebenarannya disebut etika
32.
Ilmu dikarenakan cintanya disebut romantisism
33.
Ilmu dikarenakan takdir disebut faktalisme
34.
Ilmu dikarenakan usahanya disebut fiktalisme
35.
Ilmu dikarenakan bentuknya
disebut formalisme
36.
Ilmu dikarenakan susunannya/ strukturnya
disebut strukturalisme
37.
Ilmu dikarenakan isinya
disebut esensialisme
38.
Ilmu dikarenakan pelakunya
disebut subjektivisme
39.
Ilmu dikarenakan sikapnya
disebut behaviorisme
40.
Ilmu berdasarkan yang terlihat
disebut realisme murni
41.
Ilmu berdasarkan mengungkap dibalik fenomena
disebut matafisik
42.
Ilmunya para dewa disebut transenden
43.
Ilmu dikarenakan bendanya disebut materialisme
44.
Ilmu dikarenakan hartanya
disebut kapitalisme
45.
Ilmu dikarenakan rasanya disebut hedonisme
46.
Ilmu dikarenakan kebebasannya
disebut liberalisme
47.
Ilmu dikarenakan keterpisahannya disebut separatisme
48.
Ilmu dikarenakan kesepakatannya
disebut fondasionalisme
49.
Ilmu didasarkan ketidakmampuan menjelaskan
disebut intusionisme
50.
Ilmu yang terikat oleh ruang dan waktu
disebut relativisme
***
Apakah kita mengetahui semua hal
di atas dengan sendirinya? Apakah kita dapat memahaminya tanpa mencari sumber
bacaan? Makna-makna kata tersebut tak dapat dimengerti bila kita kurang dalam
membaca. Sebagai seorang pendidik harus dapat mencerdaskan diri sendiri dengan
membaca. Kecerdasan tersebut dapat menjadi landasan yang kuat bagi para
pendidik. Pendidik yang cerdas akan lebih bijaksana dalam melayani siswa. Tidak
mematikan intuisi siswa. Karena dengan menggunakan intuisi, siswa akan
berkembang menjadi manusia yang bijaksana.
Dalam pembelajaran, seperti dalam
pembelajaran matematika, untuk anak kecil menggunakan sintetik bukan analitik.
Pendidik yang cerdas akan lebih peka dalam memahami hal-hal yang dibutuhkan
siswa. Siswa SD akan dilayani dengan menggunakan sintetik-aposteriori. Karena
sesuai dengan perkembangan siswa yang masih dalam tahap operasional konkret.
Sintetik-aposteriori bersifat
empiris, terjadi begitu saja berdasarkan pengalaman. Sementara itu analitik apriori
menitikberatkan pada rasional, berdasarkan pemikiran. Oleh sebab itu,untuk
menjadi ilmu pengetahuan diperlukan pengalaman dan logika. Pengalaman diambil
dari sintetik dan logika diambil dari apriori. Untuk pembelajaran di SD,
apriori berasal dari pendidik yang merencanakan pembelajaran kemudian
diwujudkan dengan pembelajaran yang bersifat sintetik.
Namun, 200 tahun yang lalu ada
seorang tokoh kemajuan sekaligus kemunduran, A. Compte mengemukakan gagasannya
yaitu “positivisme”. Positivisme digunakan sebagai sumber kemajuan
dunia. Bagi A. Compte yang memayungi kehidupan ini adalah positivisme,
saintisme, metode saintifik, teknologi. Itulah yang telah digunakan di
negara-negara barat, sementara Indonesia tak bisa menampik bentukan Negara
barat tersebut. Indonesia sedang menuju kearah sana dengan menggunakan
kurikulum 2013. Kurikulum 2013 ini menggunakan metode saintifik, hal ini menjadikan
agama dikesampingkan. Hal ini tentu berlawanan sekali dengan ciri khas negara-negara
timur.
Di negara-negara timur, termasuk
Indonesia, agama menjadi hal utama dalam setiap aspek kehidupan. Sementara itu,
fenomena kerajaan dunia yang sedang berkembang saat ini meletakkan aspek
spiritual berada pada posisi paling bawah. Pandangan setiap insan mematok bahwa
kehidupan kerajaan dunia yang bersifat modern merupakan kehidupan yang lebih
baik. Padahal perubahan ke masyarakat modern menimbulkan banyak hal. Kehidupan
modern dapat menimbulkan kontradiksi, komplikasi, anomali, kemunafikan.
Masyarakat akan mengarah ke hal-hal tersebut. Semua hal tersebut dapat teratasi
bila semua orang dapat menggunakan intuisinya. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran janganlah mematikan intuisi siswa. Supaya apabila siswa tersebut
sudah menjadi dewasa diharapkan dapat menata kehidupan tanpa kemunafikan.